AJATAPPARENG.ONLINE, PAREPARE — DPRD Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) menerima aduan warga yang mengeluhkan adanya beras berkutu beredar.
Beras yang sebelumnya disalurkan kepada masyarakat dalam pasar murah yang digelar Dinas Perdagangan (Disdag) Parepare bekerja sama Bulog.
“Iya, kami dapat informasi beras yang dijual di pasar murah yang diselenggarakan Disdag (Dinas Perdagangan) itu berkutu,” ungkap Ketua Komisi III DPRD Parepare Ibrahim Suanda kepada detikSulsel, Rabu (15/6/2022).
Temuan beras berkutu itu didapatkan warga saat pasar murah yang digelar menjelang Idul Fitri pada akhir April 2022. Namun pihaknya mengaku baru menerima aduan warga tersebut.
“Ada 12 KK itu laporannya yang kami dapat berasnya berkutu. Kita tidak ada lihat langsung karena sudah digunakan. Kan masyarakat kan anggap bisa ji mengapung itu kutu kalau dicuci dan sudah bersih,” beber dia.
Kendati begitu legislator PAN ini mendesak Disdag Parepare mengevaluasi kejadian tersebut. Beras yang dijual ke masyarakat harus dipastikan kualitasnya sebelum disalurkan.
“Kalau stok yang ada di gudang Bulog tidak ada mi yang berkutu. Ini harapan kita agar dicek dulu sebelum disalurkan ke masyarakat,” tegas Ibrahim.
Dia mewanti-wanti agar adanya beras berkutu yang dijual dalam pasar murah tidak lagi terulang. Aduan masyarakat yang mengeluhkan hal tersebut tidak boleh diabaikan.
“Kualitas beras harus benar-benar dicek. Jangan ada lagi kasus yang beras berkutu. Itu pesan kami ke Bulog dan Disdag,” pungkasnya.
Sementara Kepala Bidang Perdagangan Disdag Parepare Andi Sunra mengakui sudah menerima aduan beras berkutu tersebut. Ada 12 sak beras berkutu dilaporkan ditemukan saat penyaluran di salah satu kelurahan.
“Kami sudah gantikan saat ada laporan berasnya berkutu. Jadi ini di satu kelurahan, yakni Kelurahan Bukit Indah, Kecamatan Soreang yang kita dapatkan laporannya,” beber Andi Sunra.
Dia berdalih beras berkutu itu tercampur dengan beras baru yang juga akan dijual dalam pasar murah. Pihaknya kecolongan karena tidak melakukan pengecekan sebelum disalurkan.
“Kemungkinan berasnya bercampur (beras lama dan beras baru),” urai dia.
Andi Sundra pun akan mengevaluasi kejadian ini. Pihaknya akan lebih berhati-hati lagi sebelum menjajakan komoditas pangan untuk disalurkan kepada masyarakat.
“Ini jadi pelajaran bagi kami juga. Ke depan lebih ketat lagi dicek beras itu sebelum disalurkan. Kami juga tentu tidak berharap ada kejadian masyarakat dapat beras yang jelek kualitasnya,” jelas Andi Sundra. (*)