KEMERDEKAAN yang kita nikmati hari ini bukan hadiah, melainkan hasil darah, air mata, dan nyawa para pejuang bangsa. Mereka berperang bukan hanya untuk mengibarkan merah putih, tetapi juga agar kita bisa hidup dalam keadilan, persaudaraan, dan persatuan.
Dari segi sejarah, memang kita sudah menang, Indonesia berdiri tegak sebagai negara berdaulat. Namun, apakah perjuangan itu benar-benar selesai?
Sayangnya, jika kita melihat lingkungan sekitar, jawabannya adalah belum. Kita masih menemukan banyak wajah penjajahan baru, bukan dari bangsa asing, melainkan dari sikap dan mental kita sendiri.
Kita masih dijajah oleh egoisme, ketidakpedulian, dan kepentingan pribadi. Kita bebas berbicara, tetapi lidah kita sering digunakan untuk menjatuhkan, bukan membangun. Kita bebas berpendapat, tetapi sering menggunakannya untuk menyulut perpecahan, bukan persatuan.
Apa gunanya kita merdeka dari kolonialisme asing, jika di lingkungan kita masih ada yang merasa paling benar dan sulit menghargai perbedaan? Apa artinya bendera berkibar megah, jika di sekitar kita gotong royong mulai pudar, kepedulian semakin langka, dan keadilan hanya menjadi jargon? Kita memang sudah merdeka secara fisik, tetapi batin kita masih terbelenggu oleh sifat iri, dengki, dan ketamakan.
Perjuangan para pendahulu melawan peluru dan senjata, perjuangan kita hari ini adalah melawan diri sendiri: melawan malas untuk peduli, melawan rasa acuh terhadap sesama, melawan keserakahan yang merusak.
Jika bangsa ini ingin benar-benar merdeka, maka kemerdekaan itu harus dimenangkan lebih dulu di rumah, di lingkungan, di hati kita masing-masing.
Sebab, bangsa yang besar bukan hanya ditentukan oleh kekuatan militernya, melainkan oleh moral dan mental rakyatnya.
Kemerdekaan sejati bukan hanya tentang berdiri di tanah yang bebas, tetapi juga tentang hidup dalam lingkungan yang saling menguatkan, menghargai, dan bekerja sama.
Jika itu belum tercapai, maka perjuangan belum usai. Maka tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan dengan cara yang berbeda: bukan lagi mengangkat senjata, melainkan mengangkat kepedulian, kejujuran, dan solidaritas. Karena hanya dengan itu, kemerdekaan yang sejati bisa kita menangkan.
Oleh : Suriadi Mange, SE, SH