AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Dalam upaya pencegahan dan penanganan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sidrap, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidrap melakukan fogging di beberapa wilayah yang dianggap rentan.
Fogging dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap penyebaran penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Warga di wilayah Kanyuara, Kecamatan Watang Sidenreng, tampak antusias dan menunjukkan tempat-tempat yang dicurigai menjadi sarang nyamuk di lingkungan mereka.
Kepala Dinkes Sidrap, Mahmuddin, menjelaskan bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk menekan penyebaran DBD. Namun, ia menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mencegah DBD dengan menerapkan gerakan 3M plus.
“Fogging hanya sebagai langkah terakhir setelah upaya pencegahan sebelumnya. Yang paling penting adalah masyarakat aktif melakukan 3M plus, yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan menimbun sampah,” ujar Mahmuddin, Rabu (24/7/2024).
Mahmuddin juga menambahkan bahwa selain 3M plus, masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan lainnya seperti memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan kelambu saat tidur, dan menyemprot dengan insektisida.
Data Dinkes Sidrap mencatat, jumlah penderita DBD di Kabupaten Sidrap dari Januari hingga Juli 2024 mencapai 300 orang, dengan dua orang di antaranya meninggal dunia. Peningkatan kasus DBD ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan penyebaran virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti.
“Masyarakat perlu edukasi tentang bagaimana pencegahannya dengan melakukan gerakan 3M. Fogging itu langkah terakhir yang dilakukan setelah upaya pencegahan sebelumnya,” papar Mahmuddin.
Dinkes Sidrap telah melakukan upaya preventif dan promotif Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) berupa pemberian bubuk abate, edukasi pencegahan, dan fogging fokus atas hasil penyeledikan epidemiologi.
Mahmuddin juga menghimbau masyarakat untuk segera mengunjungi Puskesmas jika mengalami gejala-gejala DBD. “Jika terserang penyakit ini, saat itu juga segera mengunjungi Puskesmas untuk mendapatkan tindakan pengobatan. Dan alhamdulillah, dari 300 kasus DBD yang ada, semuanya sudah tertangani. Untuk pasien yang meninggal dunia, disebabkan karena terlambat datang ke Puskesmas atau rumah sakit sehingga terjadi keterlambatan penanganan,” pungkasnya. (asp)