AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Direktur Utama PT An Nur Ma’arif, H Bunyamin Yapid LC angkat bicara soal kasus ujaran kebencian atau hate speech yang mengarah pada SARA di pilkada Sidrap.
Iapun mengimbau, seluruh masyarakat, ataupun tim sukses pasangan calon yang akan berkompetisi di Pilkada Sidrap, untuk menahan diri, terutama menggunakan istilah dalam agama, seperti menyebut kata kafir.
“Kafir itu, berarti bukan muslim. Jadi hati-hati. Negara kita bisa damai karena SARA menjadi perhatian khusus dalam UU. Kata kafir ini akan menciderai orang, apalagi di Sidrap khususnya. Kita tahu bahwa di samping ada Islam, ada juga non Muslim. Dan mereka juga pendukung FATMA maupun DOAMU,” tegasnya, Selasa malam (17/4/2018).
Contoh kasus di Sidrap, H Bunyamin menganggap, sangat wajar, jika ada reaksi dari tim pasangan Hj Fatmawati Rusdi-H Abdul Majid (FATMA), terkait komentar pendukung H Dollah Mando-Mahmud Yusuf (DOAMU) yang menyebut kata kafir.
Pria kelahiran 9 Januari 1971 ini mengatakan, bahwa jangan pernah menganggap bahwa yang mendukung FATMA maupun DOAMU adalah preman semua. Pasti ada juga Tokoh Agama, Majelis Taklim, dan Ormas Islam.
“Jadi sekali lagi, kita harus hati-hati dan bisa menahan diri dengan tidak menyinggung SARA di event seperti Pilkada ini. Jelas ada yang merasa tersinggung dan terciderai dan tidak terima ucapan itu. Jadi jika saya ditanya soal kasus ini, tentu saja sangat saya sayangkan,” tegas alumni UMI Makassar, di jurusan Hadis itu.
Sebaliknya, Bunyamin meminta seluruh tim, pendukung dan simpatisan untuk lebih mengutamakan program yang mengedukasi masyarakat, ketimbang harus saling mencari kelemahan dan kekurangan masing-masing.
“Buatlah program yang menarik simpati rakyat. Jangan saling mencari kelemahan-kelemahan. Pilkada ini akan damai, jika kandidat bertarung dengan program yang mengedukasi masyarakat. Orang tua dulu kita mengatakan, Ajana Naiyyapa Tomadeceng, Koengkapa Masolang,” pesannya.
Ia berharap, kasus yang menimpa salah seorang pendukung pasangan DOAMU itu, menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dan bisa menahan diri, terutama di media sosial.
Sebab, Negara ini bisa bertahan damai, karena SARA dan unsur-unsurnya sangat dijaga dan memang sensitif. Dengan kemajemukan masyarakat, lanjutnya, jika saja SARA tidak lagi menjadi perhatian, maka Negara ini bisa lebih kacau dibanding Suriah dan Yaman, karena Indonesia lebih majemuk dari kedua negara itu.
“Marilah kita ciptakan pilkada damai dengan menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan perpecahan, apalagi mengarah ke konflik. Semoga kekhilafan saudari kita Hj Arti menjadi pelajaran untuk kita semua untuk bisa menahan diri dan tidak saling menghujat,” tandas pengusaha travel umrah ini. (ajp)