AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Sebagai salah satu daerah yang mengandalkan sektor pertanian, Kabupaten Sidrap terus memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan Nasional serta peningkatan taraf hidup petani.
Buktinya, musim panen pada MT April-September 2025, yang saat ini berlangsung di sejumlah wilayah di Kab Sidrap. Hasilnya, ada peningkatan produktivitas.
Terakhir, di Desa Bila Riawa, Kecamatan Dua Pitue, produksi petani menyentuh angka 12.700 Kg atau 12,7 Ton perhektar.
Bupati Sidrap, H Syaharuddin Alrif yang melakukan panen bersama petani Desa Bila Riawa, Selasa (2/9/2025) menyebutkan, angka ini cukup baik terhadap kesejahteraan petani di Sidrap.
Sebab, kata dia, dengan hasil ini, akan dapat memberikan nilai tambah bagi ekonomi petani.
“Jika harga gabah ada di angka Rp6.800 perkilogram, dikali 12.700 kg, makan perhektarnya petani bisa memperoleh Rp 86.360.000,” terangnya.
Ia berharap, kerja keras pemerintah daerah yang terus konsen dan fokus dalam meningkatkan produksi pertanian di Sidrap, terus berdampak pada kehidupan dan kesejahteraan petani.
BPS: Data Agustus 2025, Kesejahteraan Petani Meningkat
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2025 terhitung naik mencapai 123,27 atau meningkat 0,76% dibandingkan Juli 2025 yang sebesar 122,64.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan kenaikan NTP didorong oleh meningkatnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,84%, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang hanya 0,08%.
Adapun beberap komoditas utama pendorong meningkatnya harga yang diterima petani adalah gabah, jagung, kelapa sawit, dan bawang merah
Pudji menambahkan jika dilihat lebih rinci, subsektor tanaman pangan mencatat kenaikan NTP tertinggi dengan 2,40%, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 1,24%, serta subsektor perikanan yang meningkat 0,78%.
“NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi,” ujar Pudji dalam keterangan tertulis, Selasa (2/9/2025).
Dari 38 provinsi, sebanyak 26 provinsi tercatat mengalami kenaikan NTP. Provinsi Bengkulu menjadi daerah dengan kenaikan tertinggi sebesar 3,89%, didorong lonjakan subsektor perkebunan rakyat, khususnya komoditas kelapa sawit yang naik hingga 7,29%.
Menanggapi kabar tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan optimisme tren positif ini menjadi sinyal kuat bagi ketahanan pangan nasional.
“Kenaikan NTP menunjukkan bahwa daya beli petani terus membaik. Angka tersebut menandakan petani memiliki surplus, di mana nilai produksi yang diterima lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkan,” ungkap Amran.
Amran menambahkan keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja sama antara pemerintah, petani, dan berbagai pemangku kepentingan. Program-program strategis Kementan mulai dari percepatan tanam dan panen raya di berbagai daerah, penyediaan pupuk bersubsidi, penguatan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga pemanfaatan benih unggul dan mekanisasi pertanian, menjadi faktor pendorong meningkatnya produktivitas sekaligus daya saing petani.
Dengan NTP yang terus menguat, petani tidak hanya berperan sebagai produsen pangan, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi nasional.
“Kementan akan terus memastikan setiap rupiah hasil panen yang diterima petani memberikan nilai tambah nyata bagi kesejahteraan mereka,” tegas Amran.
Amran menegaskan peningkatan NTP adalah bukti petani Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga semakin percaya diri menghadapi musim tanam selanjutnya.
“Kami akan terus menjaga tren positif ini. Inilah misi besar Kementan untuk mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus meningkatkan kualitas hidup petani Indonesia,” tutupnya. (sp)