AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP – Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) kembali menunjukkan komitmennya dalam membina generasi Qur’ani melalui kegiatan Kemah Tahfidz dan Bahasa yang digelar dengan penuh semarak. Sabtu (13/9).
Ratusan pelajar dan santri dari berbagai sekolah dan pesantren hadir untuk mengikuti rangkaian kegiatan yang memadukan penguatan hafalan Al-Qur’an dengan pembelajaran bahasa Arab dan Inggris.
Kemah ini menjadi wadah istimewa karena menghadirkan suasana penuh keberkahan. Kehadiran para penghafal Al-Qur’an diyakini membawa rahmat tersendiri bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Setiap lantunan ayat suci yang dikumandangkan para peserta tidak hanya menambah kekhusyukan, tetapi juga menghadirkan ketenangan jiwa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Sidrap Syaharuddin Alrif belum lama ini saat memantau lokasi pembukaan kemah tahfid di Pelataran Masjid Agung,
“Para penghafal Al-Qur’an adalah penjaga kalamullah. Dengan kehadiran mereka, insyaAllah daerah ini diberkahi dan generasi kita terjaga dari krisis moral,” ujar pria yang akrab disapa SAR.
Selain pembinaan tahfidz, kegiatan ini juga memberi ruang luas bagi para peserta untuk mengasah keterampilan berbahasa. Melalui sesi latihan percakapan, pidato tiga bahasa, dan lomba-lomba kreatif, santri didorong agar mampu tampil percaya diri sekaligus siap menghadapi tantangan global.
Ketua panitia DR Rais Rahmat Rasak menjelaskan, integrasi antara spiritualitas Al-Qur’an dan kecakapan bahasa ini adalah upaya untuk menyiapkan generasi Sidrap yang tidak hanya kuat iman, tetapi juga mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan komunikasi lintas budaya.
“Kemah ini bukan sekadar belajar, tetapi juga membangun karakter unggul dan menanamkan nilai ukhuwah,” ucap Wakil Rektor UMS Rappang tersebut.
Kepala Kementerian Agama Sidrap pun mengapresiasi pelaksanaan kemah ini. Ia menilai kegiatan tersebut menjadi bukti nyata bahwa pendidikan di Sidrap berorientasi pada keseimbangan antara dunia dan akhirat.
“Semoga kemah ini melahirkan generasi yang membawa keberkahan bagi Sidrap, dengan akhlak Qur’ani dan kemampuan bahasa yang mengantarkan mereka ke kancah global,” katanya.
Selama beberapa hari, suasana kemah dipenuhi dengan tilawah, murojaah, diskusi bahasa, serta kegiatan kebersamaan yang membangun jiwa kepemimpinan dan disiplin.
Para peserta pulang dengan membawa bukan hanya ilmu, tetapi juga pengalaman spiritual yang mendalam dan rasa bangga sebagai bagian dari penjaga Al-Qur’an.(asp)