AJATAPPARENG.ONLINE, WAJO — Cagar Budaya Masjid Tua Tosora yang berada di Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan ramai dikunjungi oleh wisatawan, penggiat budaya, tokoh agama maupun wisatawan setiap tahunnya.
Di kawasan Masjid Tua Tosora ini juga terdapat makam Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini. Gelar Al-Habib menunjukkan bahwa beliau memang cucu Rasulullah SAW, dari jalur Sayyidina Husein.
Pemkab Wajo dan sejumlah pihak telah melindungi situs budaya ini. Sebab jika tidak, bangunan ini bisa saja akan hancur dan beberapa generasi berikutnya mungkin tidak akan bisa melihatnya lagi.
Kini, Masjid Tosora ramai dikunjungi. Selain wisata religi, pengunjung sekaligus berziarah ke Makam Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini yang berada di samping masjid.
Di kawasan tersebut, terdapat mata air yang telah diteliti dan memiliki khasiat untuk kesehatan berdasarkan penelitian dari laboratorium Universitas Hasanuddin Makassar.
Pada waktu-waktu tertentu juga, masjid dan makam ini banyak dikunjungi oleh para habib, bahkan pernah dikunjungi Sultan Cirebon saat peringatan Haul Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini.
Informasi yang diperoleh, Mesjid Tua Tosora merupakan mesjid raya yang pertama dibangun di wilayah Kerajaan Wajo, oleh Arung Matowa Wajo XV La Pakallongi To Allinrungi pada tahun 1621. Pada waktu mesjid tersebut diresmikan, dihadiri oleh Raja Gowa, Raja Bone, dan Datu Soppeng (Patunru, 1983).
Letak sisa bangunan mesjid tersebut adalah berada pada ketinggian 30,6 m dpl, persis berada di belakang Kantor Desa Tosora sekarang, di sebelah selatannya terdapat alun-alun. Sisa bangunan yang masih tampak adalah bagian mihrab (ceruk) di sisi barat yang masih utuh, sedangkan bagian dinding lainnya tinggal pondasinya.
Masjid ini berdenah bujur sangkar terbuat dari batu yang disusun dengan ukuran, panjang 18,20 meter, lebar 15,90 meter, tinggi tembok 3,70 m, dan tebal tembok 53 cm, pintu pada bangunan ini berada disebelah timur.
Terdapat empat pintu masuk, yaitu dari depan (sisi timur), dari sisi sisi utara-selatan, dan dari sisi kanan (utara) mihrab. Pada bagian dalam mesjid terdapat empat umpak batu sebagai landasan tiang penyangga atap soko guru, pada arah tenggara terdapat kolam sebagai tempat air wudhu dengan ukuran panjang 7,35 m, lebar 5,70 m, dalam 0,76 m, dan tebal tembok 0,41 m. Pada arah timur kolam terdapat sumur tua dengan kedalaman 13 m.
Di bagian belakang (sisi barat) mesjid, terdapat beberapa makam-makam kuno, dan yang terkenal adalah makam dari Renreng Bettempola La Gau atau yang bergelar MatinroE ri Masigina.
Bahan bangunan masjid tersebut, berasal dari berbagai jenis batu alam seperti batu kapur yang masih lunak, batu pasir, dan batu beku dengan ukuran yang tidak seragam.Bahan perekat (spesi) dipergunakan campuran pasir dengan kapur yang terbuat dari moluska yang dibakar.
Bangunan Musala
Bangunan Musallah tersebut tidak diketahui kapan dan siapa yang membangunnya, namun ada kemungkinan didirikan bersamaan dengan bangunan geddong dan gedung bunga setelah mesjid tua Tosora lebih dulu dibangun. Letaknya pada ketinggian 20,8 m dpl, berada pada arah barat mesjid tua dengan jarak 290 m, pada arah baratnya terdapat bangunan geddong dan Danau Seppengnge dengan jarak 30 m.
Keadaan bangunan adalah dinding bagian barat masih berdiri tegak sedangkan pada sisi lainnya tinggal pondasinya saja. Bentuk bangunan adalah empat persegi panjang, dengan ukuran panjang 10,09 m, lebar 9,75 m, tinggi dinding 2,90 m, tebal dinding 0,50 m, dan luas 98,78 m2. Mihrab berupa ceruk berada di sisi barat. Bahan dan teknik bangunannya sama dengan mesjid tua Tosora. (sp)