AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Setelah beberapa bulan wafatnya Addatuang Sidenreng XXV, Dr. Ir. H. A. Faisal Andi Sapada, SE., MM. (To Appatunru), para pemangku adat Kerajaan Sidenreng mengadakan Musyawarah Tudang Sipulung Dewan Adat pada Rabu (25/12/2024).
Musyawarah ini digelar di Saoraja Mannangae, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, untuk menetapkan Addatuang Sidenreng XXVI.
Melalui proses yang melibatkan 8 pemangku adat matoa dan 4 pabbicara, serta disetujui oleh struktur Lembaga Adat, ditetapkan Drs. H. Syafiuddin A. Achmad, MH (Petta Cacang), sebagai Addatuang Sidenreng XXVI.
Penetapan ini didasarkan pada garis keturunan, kemampuan, kesehatan, serta komitmen untuk melanjutkan pelestarian adat dan budaya Sidenreng.
Dalam ikrar pelantikannya, Addatuang terpilih mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung. Ia juga berkomitmen menjaga dan memajukan nilai-nilai budaya Kerajaan Sidenreng.
“Insya Allah, saya bersedia melaksanakan segala hal yang sesuai dengan Ade’ Puronrona Sidenreng dan aturan negara,” ungkap Petta Cacang.
Selain itu, Addatuang Sidenreng XXVI menggunakan hak prerogatifnya untuk menunjuk tiga Arung Malolo yang akan membantunya, yaitu Drs. Andi Sultan Petta Tatong, Drs. H. Andi Babba Petta Oddo, dan Andi Nurta Petta Tabbu, SE.
Penobatan resmi Addatuang Sidenreng XXVI direncanakan berlangsung pada Februari 2024 dengan mengundang para raja dari seluruh nusantara.
Profil Singkat Addatuang Sidenreng XXVI, Drs. H. Syafiuddin A. Achmad, MH
Berpengalaman panjang dalam pemerintahan, Petta Cacang memiliki karir yang dimulai sejak tahun 1978 sebagai Wakil Kepala Desa Allakuang hingga menjabat berbagai posisi strategis di Kabupaten Sidrap.
Dengan latar belakang pendidikan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Muslim Indonesia, ia dikenal sebagai tokoh yang kompeten.
Dalam kepemimpinannya, ia telah menerima berbagai penghargaan, termasuk Satya Lencana Karya 20 Tahun dan Camat Teladan. Selain itu, Petta Cacang juga aktif dalam berbagai organisasi seperti KNPI, Pramuka, dan Gerakan Bela Negara.
Musyawarah ini menjadi momentum penting untuk melanjutkan tradisi, pelestarian, dan perkembangan budaya Kerajaan Sidenreng. (asp)