AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Sebanyak 31 ribu haktare lahan tadah hujan di Kabupaten Sidrap, bakal dimasuki aliran listrik.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Sulsel, H Syaharuddin Alrif, Kamis, (18/7/2024). Program tersebut saat ini sudah mulai berjalan dibeberapa desa.
“Dalam waktu dekat ini kita akan launching listrik masuk sawah di wilayah Allakuang, Kecamatan Maritenggae, Sidrap,” ucapnya.
Dikatakannya, bahwa program listrik masuk sawah dipikirkan olehnya sejak 2019 lalu saat dia menggeluti perkebunan Porang di wilayah Ponrangae, Kecamatan Pitu Riawa.
“Sejak itu saya terinspirasi karena melihat beberapa hamparan persawahan yang ikut terairi air dari sumur bos dekat perkebunan yang telah terpasangi aliran listrik,” ujarnya.
Dia menggambarkan, bahwa sawah tadah hujan di Sidrap yang mencapai 31 ribu haktare bisa berproduksi dengan baik serta mengurangi biaya produksi.
Contoh, jika tadinya biaya produksi mulai penggarapan hingga panen perhektare sebesar Rp14 juta dapat ditekan hingga Rp11 juta dengan hadirnya listrik masuk sawah.
“Itu biaya BBM dan gas melon untuk mesin pompanisasi yang hampir mencapai Rp4,8 juta. Kalau listrik paling banyak Rp1,8 juta. Jadi ada pengurangan biaya sebesar Rp3 juta perhaktare,” tuturnya.
Jika dikalkulasikan secara keseluruhan dengan luas 31 ribu haktare lahan tadah hujan. Maka biaya produksi bisa ditekan hingga Rp93 Miliar.
Hal itu, kata Sahar sapaan akrab Syaharuddin Alrif baru menekan biaya produksi.
Namun jika program listrik masuk sawah berhasil secara keseluruhan maka otomatis produksi hasil pertanian juga akan bertambah seiring adanya kelancaran pupuk.
Bayangkan jika setiap musim panen dalam satu haktare hasil pertanian meningkat 2 ton dari 5 ton menjadi 7 ton. Jadi ada peningkatan sekitar Rp6 juta per musim.
“Jika dua kali musim tanam setiap tahun berarti peningkatan hasil pertanian mencapai Rp12 juta perhaktare. Jadi secara keseluruhan dari 31 ribu haktare daerah tadah hujan bisa mencapai Rp372 miliar setiap tahun,” tandasnya. (asp)