Covid-19 Misterius, Aneh dan Gelap
Januari ke Februari 2020 bulan yang berisik ditengah hadirnya Corona Virus Desase ( Covid-19 ). Covid-19 merambah hampir semua negara maju dan berkembang, yang tersisa hanya sebagian negara-negara yang menjalani perang saudara serta kelaparan seperti Yaman, Turkimenistan, Tajikistan, Komoro serta Lesoto. Isu, diskursus dan wacana pun berserakan mulai media online, media cetak, stasiun TV, sehingga Covid-19 dikampanyekan sebagai Pandemi Global. Indonesia sendiri, hampir memcapai 8.000 kasus, sekitar 635 meninggal dunia dan sisanya menjalani perawatan.
Covid-19 Misterius?
Berdasarkan laporan Investigasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, kasus awal disebabkan oleh infeksi dari hewan kelelawar ( zoonosis ) dan menular melalui lingkungan di sekitar pasae hewan laut basah Hunan ( Wuhan ) sebagai perantara. Ironisnya, sampai kini belum ada bukti kuat bagaimana proses penyebarannya, apakah dengan mengkomsumsi hewan atau berhubungan fisik lansung pada hewan tersebut. Padahal kita ketahui bersama pasar di China sudah sejak lama menjual dan mengkomsumsi hewan liar diantaranya seperti ular, berang-berang, termasuk kelelawar.
Covid-19 Aneh?
Negara The Great Power ( China ) diketahui baru melaporkan temuan Covid-19 ke WHO pada akhir Desember 2019. Namun beberapa dokter dibagian Utara Italia mengaku bahwa pernah menemukan kasus Pneumonia ( paru-paru basah/peradangan paru-paru ) aneh pada awal november 2019. Artinya, Covid-19 kurang relevan jika dikatakan berasal dari China. Anehnya lagi itu dikuatkan pernyataan dipidato terbuka Presiden Amerika Serikat Donald Trump, bahwa jangan salahkan Asia hadirnya Covid-19.
Covid-19 Gelap ?
Sejak Covid-19 ini dikampanyekan sebagai pandemi global awal Januari 2019, negara-negara yang merasakan mulai mengambil langkah mencegah penyebarannya. Indonesia sendiri, mulai pemerintah pusat sampai pemerintah di desa juga turut mengambil langkah. Fatalnya pemerintah pusat menghimbau pencegahan dan penyebaran Covid-19 dengan langkah yang gelap, yang tak selaras dengan kesiapan berskala nasional. Inilah kebiasaan pemerintah, sedia payung pada saat datangnya hujan. Padahal kesehatan nasional sebuah jaminan kehadiran negara, dan pondasi kuat stabilitas pertumbuhan nasional selain daripada pendidikan, keamanan, serta pengelolaan sumber daya alam. Selain itu, kucuran anggaran triliunan pemerintah pusat dan milyaran pemerintah daerah tak mengoreksi banyak pencegahan/penyeberan Covid-19.
Akhir kata, penulis hanya mengharapkan pemerintah pusat hingga daerah agar jujur mencegah penyebaran Covid-19. Hasilnya rakyat bisa tenang dan tak menghadirkan ketakutan, dan rakyat benar percaya bahwa kehadiran pemerintah bisa mengoreksi banyak pencegahan/penyebaran Covid-19 serta pemerintah juga perlahan bisa mengubah kebiasaan menyediakan payung sebelum hujan. Kepada seluruh rakyat Indonesia yang masih punya harapan besar untuk Indonesia baik-baik saja agar kita masing-masing menjadi Duta Imun, sehingga memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan melaksanakan himbauan pemerintah daerah semaksimal mungkin.
Penulis :
Muhammad Aswar Darwis – Mahasiswa Pascasarjana Adminstrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Hasanuddin ( Wakil Sekertaris Umum Badko HMI Sulselbar Periode 2018 – 2020 )