AJATAPPARENG.ONLINE, SINJAI — Mahasiswa Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang) melaksanakan kunjungan edukasi ke Hutan Mangrove Tongke-Tongke, Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur,
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, pada 23 November 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari praktikum mata kuliah Ekologi Perairan dan Produktivitas Perairan.
Kunjungan lapangan tersebut dipandu oleh dosen pengampu, Damis, S.Kel., M.Si, yang memberikan arahan mengenai metode pengamatan ekosistem pesisir, teknik pengukuran kualitas air, serta pendekatan ilmiah dalam menganalisis hubungan antara ekosistem mangrove dan produktivitas perairan.
Dengan pengalaman mendalam dalam bidang ekologi pesisir, beliau memastikan mahasiswa memahami setiap tahap pengamatan secara sistematis.
Hutan Mangrove Tongke-Tongke dikenal sebagai salah satu kawasan mangrove terbaik di Indonesia dan menjadi ikon konservasi masyarakat pesisir Sinjai.
Dalam kegiatan observasi, mahasiswa mempelajari struktur dan zonasi vegetasi mangrove, mengenali spesies dominan seperti Rhizophora spp., Avicennia spp., dan Sonneratia spp., serta mencatat berbagai parameter lingkungan seperti substrat, kerapatan pohon, dan tingkat regenerasi alami.
Mereka juga mengamati keanekaragaman biota perairan yang berasosiasi dengan mangrove serta memahami peran ekologisnya sebagai nursery ground, feeding ground, dan spawning ground bagi ikan dan crustacea.
Selain pengamatan vegetasi, mahasiswa turut melakukan pengukuran kualitas air yang mencakup suhu, salinitas, pH, kecerahan, dan oksigen terlarut (DO).
Data tersebut kemudian dianalisis untuk melihat bagaimana kondisi fisik dan kimia perairan memengaruhi tingkat produktivitas perairan di kawasan mangrove.
Diskusi ilmiah mengenai peran detritus, kontribusi serasah mangrove dalam rantai makanan, serta proses-proses ekologis yang menunjang keberlanjutan ekosistem juga menjadi bagian penting dari rangkaian kegiatan ini.
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa mendapatkan wawasan lebih luas mengenai pentingnya konservasi mangrove dalam mitigasi bencana pesisir, terutama abrasi dan badai.
Mereka mempelajari upaya rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat, berbagai tantangan konservasi seperti alih fungsi lahan dan sampah, serta potensi ekowisata mangrove dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal tanpa merusak lingkungan.
Dialog dengan pengelola kawasan memberikan pemahaman nyata tentang strategi keberhasilan Tongke-Tongke sebagai kawasan konservasi berbasis komunitas.
Menurut Damis, S.Kel., M.Si, kegiatan edukasi lapangan ini memiliki peran penting dalam membentuk kemampuan analisis mahasiswa serta meningkatkan kepedulian terhadap keberlanjutan ekosistem pesisir.
“Belajar di lapangan memberikan pemahaman yang tidak bisa diperoleh hanya dari kelas. Mahasiswa dapat melihat bagaimana setiap komponen ekosistem saling berinteraksi dan bagaimana manusia berperan dalam menjaga atau merusaknya,” jelasnya.
Program Studi Ilmu Perikanan UMS Rappang berharap kegiatan ini dapat mendorong mahasiswa untuk menghubungkan teori yang dipelajari di kelas dengan kondisi nyata ekosistem pesisir.
Selain itu, kegiatan ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dan motivasi bagi mahasiswa untuk berkontribusi dalam penelitian serta kegiatan konservasi perairan di masa mendatang. (asp)

















