PELAKSANAAN Konferkab Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidrap-Enrekang, baru saja dihelat, Minggu, (24/11/2019). Wartawan harian FAJAR, Edy Basri terpilih secara aklamasi.
Namun setidaknya, masih ada beberapa catatan dari hasil konferkab. Catatan dari sebuah dinamika demokrasi.
Pertama, PWI Sidrap – Enrekang masih menaungi dua daerah. Sidrap dan Enrekang. Wartawan pun berasal dari dua daerah bertetangga ini.
Jumlah wartawan dari dua daerah ini cukup banyak. Tapi tidak semuanya tergabung di PWI. 11 pemilih yang merupakan anggota PWI Sidrap-Enrekang belum bisa mewakili, meski menentukan dalam proses pemilihan ketua.
Dipilih dan memilih, mendengar dan didengar. Itulah sebuah proses tahapan demokrasi pada pelaksanaan Konfercab PWI Sidrap.
Kedua, tentunya ada harapan besar melalui kepemimpinan dan kepengurusan anggota PWI Sidrap Enrekang yang baru agar bisa lebih baik lagi.
Edy Basri, Ketua PWI terpilih periode 2019-2022, bersama pengurus yang nantinya ikut dalam “kapal besar”, melalui jumlah anggota sekitar 11 anggota, tentunya dinanti-nantikan kiprahnya. 11 orang mengurus “kapal besar” bukanlah perkara mudah.
Ketiga, konferensi ini ternyata juga dinanti-nantikan oleh masyarakat. Karena, masyarakat tahu jika konferkab merupakan helatnya, atau pestanya para insan wartawan yang setiap hari berkutat dengan berita dan informasi, perkembangan di daerah.
Kontestasi dari sebuah pemikiran antar wartawan dengan wartawan inipun cukup menarik, dan melahirkan sebuah keputusan sah dan final, dengan harapan PWI Sidrap-Enrekang bisa lebih baik, maju dan berkembang.
Seperti yang diharapkan Sekretaris PWI Sulsel, Anwar.
Ia menekankan kepada pengurus baru dan seluruh anggota PWI untuk menjaga wibawa, harkat dan martabat organisasi ini.
Terakhir, pengurus baru dibawah ‘Nakhoda’ Ketua Edy Basri, Sekretaris Marno Pawessai dan Bahri Layya selaku bendahara harus bisa berkiprah dengan baik, dan menghilangkan perbedaan dan sekat-sekat yang selama ini terjadi.
Jangan biarkan, atau seolah-olah PWI Sidrap-Enrekang ini milik satu orang, satu kelompok dan seolah tidak butuh keanggotaan sebagai pendukung berkembangnya organisasi. Jika konferkab bak ‘pilkadanya’ para wartawan, maka hasilnya jangan sampai seperti pilkadanya politisi. Ada sekat, terkotak-kotak dan berwarna.
Sekali lagi, PWI Sidrap-Enrekang adalah ‘kapal besar’ bersama dengan dua daerah, Sidrap dan Enrekang yang memiliki banyak wartawan. Selamat bekerja..($)