AJATAPPARENG.ONLINE, ENREKANG — Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Enrekang menggelar sarasehan dengan mengusung tema “Literasi Filantropi” di Aula Kantor Baznas Enrekang, Jl. Jend. Sudirman No. 8. Enrekang. Senin, (12/9/2022).
Hadir sebagai pembicara, Ketua GPMB Indonesia Timur, Prof Dr Hanna, Ketua GPMB Enrekang, Dr Ilham Kadir, dan Ketua Ikatan Pustakawan Enrekang, Irsan, M.Ip. Acara dibuka oleh Wakil Bupati Enrekang, Asman SE. Kata sambutan disampaikan oleh Ketua Baznas Enrekang, H. Junwar dan Sekertaris Perpustakaan Daerah Enrekang.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati sangat mengapresiasi kegiatan sarehan tersebut, ia menyampaikan bahwa kita semua dituntut untuk banyak membaca, setelah membaca, dituntut pula untuk memahami bacaan, menganalisa lalu mengambil kesimpulan.
“Makanya, tidak banyak orang yang rajin membaca, mampu menyampaikan gagasannya dengan runut dan filosofis, serta mampu pula menulis dengan baik. Bagi saya, berbicara lebih mudah dari menulis, sebab lidah dengan otak lebih dekat dibandingkan dengan tangan, makanya lebih susah itu menulis,” papar Asman.
Terkait filantropi, Ketua DPD Partai Nasdem Enrekang ini menyampapaikan, bahwa pada praktiknya, filantropi di antara kita sudah berjalan, baik sebagai perorangan maupun melalui kelembagaan.
“Kita sudah terbiasa berbagi, dan itu sudah bagian dari filantropi. Demikian pula, sejak duduk di DPRD saya sangat mendukung terlaksananya Perda Nomor 6 tahun 2015 tentang pengelolaan zakat, agar zakat ini bisa membersihkan harta kita,” paparnya.
Sememtara itu, Prof Hanna, menyampaikan bahwa kekuatan literasi itu mampu mengubah nasib seseorang.
“Dengan banyak belajar, membaca, menganalisa, memahami sebuah persoalan dengan baik, maka pasti akan mengubah pola pikir kita atas sebuah persoalan. Termasuk masalah filantropi ini,” katanya.
Ia melanjutkan, bahwa dengan memahami literasi filantropi dengan baik, maka kita pun akan rajin berbagi.
“Kita harus meyakini, bahwa harta yang kita miliki akan tetap menjadi harta kita, sampai setelah kita meninggal, dengan jalan sedekah. Dan belum ada sejarah orang jadi miskin karena sedekah,” jelas Ketua GPMB Indonesia Timur tersebut
Sementara itu, Dr. Ilham Kadir, menyampaikan materi dengan tema “Filantropi Islami”, ia menjelaskan bahwa pada prinsipnya masyarakat Enrekang sudah membudayakan filantropi secara turun temurun.
“Kita kenal istilah Tobana, tolong menolong, bantu membantu, dan nasihat menasihati, ini sudah jelas perbuatan filantropi, dan hingga kini pun budaya Tobana ini terus mengalami peningkatan,” jelas Ilham Kadir.
Ia melanjutkan, bahwa dalam Islam, ada dua jenis filantropi, sunnah dan wajib. Wajib itu termasuk zakat, nazar, dan kafarah. Ada pula sunnah seperti wakaf, infak, sedekah, dan hibah.
“Hanya saja filantropi islami harus jelas sumber dananya, harus halal, tidak boleh berasal dari dana non halal, karena peruntukannya pun harus dijalan kebajikan, jadi dananya harus yang bersumber dari yang baik-baik pula,” terang Dosen Unimen ini.
Pemateri terakhir, Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Enrekang, Irsan, S.Ip., M.Ip., menyampaikan bahwa filantropi dibagi dua juga, ada yang bersifat konvensional, berupa perorangan, ada pula sudah dikelola dengan lembaga yang profesional.
“Kalau berbagi sesama lewat perorangan, sudah tidak asing lagi, namun berbagi lewat lembaga ini merupakan sebuah kemajuan karena mengelola dana filantropi dengan profesional,” papar Irsan.
Lembaga-lembaga filantropi kini tumbuh pesat, termasuk di dalamnya milik pemerintah seperti Baznas, atau milik organisasi dan yayasan, seperti lembaga amil zakat swasta. (*/sp)