Persoalan senioritas memang bukan jaminan akan lebih tinggi jabatan, tetapi azas kepatutan tentu saja tetap memberi pengaruh yang tidak sederhana.
Pada akhirnya, mutasi yang dilakukan tidak atas pertimbangan yang matang dan terukur, tentu akan melahirkan gap dan kegaduhan. Suara-suara sumbang akan terus mewarnai, yang pada akhirnya akan memengaruhi etos kerja pegawai yang bersangkutan.
Sebab hakikatnya, mutasi adalah salah satu upaya penyegaran agar pegawai terhindar dari kejenuhan kerja yang itu-itu saja. Namun jika mutasi bukan melahirkan penyegaran, namun memunculkan kegaduhan dengan berbagai praduganya, maka hal itu tentu keluar dari semangat penyegaran yang seharusnya ada dalam proses mutasi.
Sampai saat ini, redaksi masih menerima banyak pesan dan catatan. Semuanya hampir berbunyi tentang kekecewaan dan ketidakpuasan dari berbagai kalangan.
Mulai eselon III, IV hingga pejabat eselon II juga menyayangkan mutasi ini.
Belum lagi dugaan “pembersihan” para loyalis mantan Bupati Sidrap, H Rusdi Masse. Ada yang menyebutkan bahwa mutasi kali ini para loyalis RMS dimutasi ke dinas/badan yang notebene “dibuang”, meskipun kebenaran dari dugaan itu perlu dibuktikan.
Di lain sisi, ada juga yang berpandangan, bahwa Mutasi ini adalah ‘balas jasa’ bagi mereka yang berjasa di Pilkada lalu. Wallahualam… (*)