AJATAPPARENG.ONLINE, ENREKANG — Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Enrekang bekerjasama dengan Bappeda dan Statistik Kabupaten melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) di Ruang Pola kantor Bappeda Enrekang, Kamis,(10/10/2019)
Bimtek itu dalam pedoman Pelatihan Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) untuk pencegahan stunting.
Stunting menjadi isu gobal, karena menyangkut investasi Sumber Daya Manusia (SDM) suata Negara.
Berdasarkan definisi menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stunting adalah tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur anak akibat kekurangan gizi dalam waktu lama yang diawali sejak masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan.
Akibat tingginya prevalensi kurang gizi pada masa awal kehidupan tersebut berimbas pada kekurangan gizi kronis di usia sekolah serta resiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, jantung) saat dewasa.
Pihak DP3A Enrekang, Sawaliah Baharuddin mengangkat 4 faktor utama penyebab stunting, yakni kurangnya akses perempuan atau ibu pada makanan bergizi, terbatasnya akses layanan kesehatan dan pembelajaran dini kualitas, pratek pengasuhan yang tidak baik serta kurangnya akses pada air bersih dan sanitasi.
Kepala Dinas P3A Kabupaten Enrekang di hadapan peserta Bimtek PPRG untuk pencegahan tujuan umum kegiatan ini adalah PPRG untuk program pencegahan gender dan anak,” katanya.
Kegiatan ini dibuka secara resmi Sekretaris Bappeda Enrekang, Syamsuddin menyampaikan slogan bagi SDM pengelolah data gender dan anak.
“Narasumber dan fasilitator kegiatan ini terdiri dari Kepala Einas P3A Sawahlia Baharuddin, Sekretaris Bappeda, Litbang Enrekang. Syamsuddin,” katanya.
Fasilitator Gender Pembawa Materi yang disampaikan Sawahlia Baharuddin, dalam pengendalian kebijakan dan trend kejadian. Gender dalam realitas sosial budaya di Indonesia.
“Kemudian Keadilan dan kesetaraan Gender. Analisis Gender untuk Pembangunan Kemanusiaan.Teknik Analisis Gender dan Isu Gender,” katanya.
“Para perencana program dan kegiatan dalam penyusunan analisis gender melalui metode gender analysis gender,” pungkasnya. (asr/ajp)