AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan di Kabupaten Sidrap, H. Massagoni, meninggal dunia di usia 103 tahun, pada Kamis (27/9/2018)
Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRD-GR) Sidrap era tahun 1960-an ini menghembuskan napas terakhir sekitar 09.30 wita pagi tadi.
Para keluarga dan kerabat almarhum yang juga dikenal sebagai pengusaha sukses di berbagai bidang tahun 1960-1980-an ini berdatangan ke rumah duka di Jalan Sam Ratulangi Kelurahan Pangkajene, Kecamatan Maritengngae, Sidrap.
Rencananya, jenazah mantan politisi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) ini akan dikebumikan di pekuburan umum Salomekko, Kelurahan Empagae, Kecamatan Watangsidenreng, Sidrap, Jumat pagi sekitar pukul 09.00 wita besok.
Bupati Sidrap, Dollah Mando yang mendengar berita duka tersebut, langsung menelpon pihak keluarga almarhum untuk mengucapkan turut berbelasungkawa atas berpulangnya ke Rahmatullah salah satu tokoh pencetus perpindahan Ibukota Kabupaten Sidrap dari Rappang, Kecamatan Pancarijang ke Pangkajene, Kecamatan Maritengngae ini.
“Saya pribadi dan Pemerintah Kabupaten Sidrap mengucapkan berbelasungkawa atas meninggalnya beliau. Kami merasa sangat kehilangan. Beliau memiliki peranan dalam perjalanan Kabupaten Sidrap di masa lalu,” ucap Dollah Mando seperti ditirukan cucu almarhum, A.M. Yusuf Ruby sesaat lalu.
Semasa hidupnya, Massagoni yang lahir pada Januari 1915 ini, hidup di dua jaman penjajahan, yakni masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang.
Meski tidak pernah ikut angkat senjata berperang bersama para pejuang melawan penjajah. Namun, sebagai pemuda waktu itu, Massagoni bergelut di dunia politik dengan bergabung di Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) pada 1935. Partai politik (parpol) Islam pertama di Indonesia yang terbentuk pada 1905.
Dia bergabung di PSII tahun 1935. Tidak pernah masuk hutan. Tapi tinggal di kota, mengurus segela keperluan untuk kepentingan perjuangan bersama teman-temannta di PSII kala itu.
Almarhum Massagoni memimpin PSII di Addaowang Sidenreng (cikal bakal Kabupaten Sidenreng Rappang- Sidrap) pada 1935 lampau. Massagoni bersama teman-temannya terlibat menyusun strategi dan menggerakkan perjuangan di dalam kota.
Saat itu, Ibukota Kewedanaan (pusat pemerintahan di jaman Belanda) berada di Rappang, sekitar 10 kilometer dari Addaowang Sidenreng. Tahun 1950, ada serdadu tentara Belanda dari Enrekang masuk di sini. Dia bersama teman-temannya ikut menghadang pasukan ini sehingga tidak berhasil masuk kora.
Massagoni juga bersahabat dengan salah seorang tokoh pejuang kharismatik Sidenreng Rappang, Oesman Balo. Dia bersahabat dengan Oesman Balo sejak kecil. Oesman Balo menjadi tentara dan masuk hutan bergerilya, sedangkan Massagoni bersama teman-teman lainnya tinggal di kota mengurus parpol. (*/ajp).