Menurut Makmur Makka, jika dilihat dari kedua garis keturunan, Habibie mewarisi perpaduan dua keluarga: garis ibu yang mengutamakan ilmu pengetahuan (iptek) dan garis ayah yang mengutamakan iman dan takwa (imtak). Kendati demikian tidak hitam-putih. Dengan kata lain, dari garis keturunan ayah dengan kualitas imtak yang menonjol tidak berarti tidak memiliki kualitas iptek. Begitu pula sebaliknya, dari garis keturunan ibu dengan kualitas iptek yang menonjol tidak berarti tidak memiliki kualitas imtak. Kelak, Habibie akan mengkampanyekan perpaduan iptek dan imtek dalam membangun bangsa.
Setelah belajar dan bekerja di Jerman, Habibie dipanggil pulang. Presiden Soeharto, yang menyaksikan kematian ayahnya, mempercayai Habibie sebagai menteri riset dan teknologi. Bahkan kemudian menjadi wakilnya. Dia menggantikan Soeharto yang dilengserkan oleh gerakan Reformasi.
Dalam waktu singkat masa kepresidenannya di masa transisi, Habibie membuat kebijakan yang penting, antara lain Undang-Undang Pers, pembebasan tahanan politik Orde Baru, dan yang paling kontroversial adalah referendum yang mengakibatkan Timor Timur lepas dari Indonesia.
Kini Habibie telah tiada, meninggal dunia pada 11 September 2019. Namun, namanya abadi menjadi lambang kebebasan dan kecerdasan. Sampai Iwan Fals menyebutnya dalam lagu Oemar Bakri yang “bikin otak orang seperti otak Habibie.” Sehingga, para orangtua pun mengingatkan anak-anaknya agar “belajar yang benar biar besar jadi seperti Habibie.” (**/ajp)