AJATAPPARENG.ONLINE, SIDRAP — Tahun 2018 ini Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) memperingati ulang tahun yang ke-47 yang bertepatan momen akan dilaksanakannya pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Kondisi tersebut dinilai dapat berimplikasi terhadap mengendornya persatuan dan kesatuan bangsa.
“Sebagai satu-satunya wadah bagi pegawai negeri di Indonesia, Korpri selalu berupaya meneguhkan fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan menjaga netralitas,” ujar Plt Bupati Sidrap, H Dollah Mando pada upacara Peringatan HUT Korpri ke-47 tingkat Kabupaten Sidrap, Senin (26/11/2018) di Lapangan Kompleks SKPD.
Membacakan Sambutan Seragam Presiden RI, Joko Widodo, Dollah Mando menyampaikan tema HUT Korpri tahun 2018 yaitu “47 Tahun Korpri Kerja Bersama, Setia Sepanjang Masa” dengan sub tema: “Melayani, Bekerja dan Menyatukan Bangsa”.
“Sekaitan hal tersebut, tujuan peringatan ini, untuk memantapkan fungsi organisasi Korpri sebagai perekat persatuan bangsa dan memantapkan netralitas seluruh anggota terutama menghadapi pilpres dan pileg,”papar Dollah.
Upacara yang dihadiri unsur forkopimda Sidrap tersebut juga dirangkaikan peringatan Hari Guru Tahun 2018. Pada kesempatan itu, H Dollah Mando menyampaikan sambutan tertulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy.
“Tantangan yang dihadapi guru semakin berat yang meniscayakan profesionalisme, sikap mental dan komitmen untuk selalu meningkatkan kualitas dan kompetensi yang sesuai perkembangan zaman,”urai Dollah Mando.
Revolusi industri keempat, sambung Dollah, telah merambah ke semua sektor dan merubah peradaban manusia. Hal tersebut harus disikapi secara arif dengan profesionalisme, memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan proses belajar pada setiap satuan pendidikan.
Mantan Kadis Pertanian Sidrap tersebut kemudian mengutarakan 3 ciri guru profesional. Pertama, memenuhi kompetensi dan keahlian inti sebagai pendidik. Kedua, mampu membangun kesejawatan terutama dalam hal pengembangan kompetensi dan kecakapan, merawat dan menguatka posisi profesinya sebagai guru.
“Ketiga, sebagai pejuang pendidikan sekaligus garda terdepan pencerdasan kehidupan bangsa, guru harus mampu merawat jiwa sosialnya,”pungkas Dollah. (*)