AJATAPPARENG.ONLINE, MAKASSAR — Mencermati perkembangan kondisi dinamika atmosfer terkini, menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat menyebabkan penambahan massa udara basah, pola pertemuan massa udara (konvergensi) dari Laut Jawa hingga Sulawesi, dan adanya Maddem Julian Oscillation (MJO) fase basah yang bergerak menuju Indonesia bagian Tengah.
Kepala Bada Meteorogi, Klimatogoli dan Geofisika (BMKG) Darmawan dalam press rilisnya, Rabu (8/1/2020) mengatakan, kondisi dinamika atmosfer tersebut meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Sulawesi Selatan.
Telah terjadi peningkatan intensitas curah hujan secara berturut-turut dengan kategori lebat hingga ekstrem (>50mm/hari) dalam kurun waktu satu pekan terakhir pada beberapa pos pengamatan curah hujan di Kab. Pangkep, Barru hingga Kota Pare-Pare.
Tercatat, curah hujan pada tanggal 01 Januari 2020 di Bojo, Barru sebesar 76 mm, di Mandalle, sebesar 91 mm, dan di Labakkang, Pangkep sebesar 60 mm.
Pada tanggal 02 Januari 2020 curah hujan di Bojo, Barru sebesar 70 mm, di Mandalle, sebesar 95 mm, dan di Labakkang, Pangkep sebesar 60 mm. Pada tanggal 03 Januari 2020 curah hujan di Bojo sebesar 77 mm, di Palanro sebesar 138 mm, di Palakka, Barru, sebesar 120 mm, di Mandalle sebesar 82 mm, dan di Labakkang Pangkep sebesar 52 mm.
Sementara Kecepatan angin tertinggi tercatat di Paotere sebesar 31 knot (57.41 km/jam). Dalam 4 hari kedepan (09 – 12 Januari 2020), hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang diprakirakan masih dapat berpotensi terjadi di wilayah Sulawesi Selatan bagian Barat meliputi Kab/Kota Pinrang, Pare-Pare, Barru, Pangkep Kepulauan, Maros, dan Makassar.
Wilayah Sulawesi Selatan bagian Tengah meliputi Kabupaten Soppeng dan Sidrap di Wilayah Sulawesi Selatan bagian Utara meliputi Kabupaten Luwu Utara, Luwu-Timur, Luwu, dan Toraja Utara serta potensi angin kencang dipesisir barat, selatan, dan timur Sulawesi Selatan.
Selain itu masyarakat dihimbuu agar mewaspadai gelombang tinggi di perairan sekitar Sulawesi Selatan. Gelombang dengan ketinggian 1.25-2,5 m terjadi di Selat Makassar bagian selatan, Perairan Spermonde Makassar, Perairan Pare-Pare, Perairan Sabalana, Perairan Selayar, Teluk Bone bagian selatan, dan Laut Flores bagian barat.
Rough Sea (Gel. 2.5-4.0 m) terjadi di Laut Flores bagian utara, Laut Flores bagian timur, dan Perairan Pulau Bonerate-Kalotoa.
Masyarakat dan pengguna layanan transportasi darat, laut dan udara dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan dari curah hujan tinggi, angin kencang.
Gelombang tinggi yang akan terjadi pada 4 hari kedepan (09 – 12 Januari 2020) dapat menberikan potensi banjir, genangan, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, meluapya area tambak budidaya, dan keterlambatan jadwal penerbangan/pelayaran.
Masyarakat diharapkan tetap memperhatikan informasi dari BMKG serta instansi terkait untuk memastikan mitigasi bencana hidrometeorologi dapat dilakukan dengan baik. (asp)