AJATAPPARENG.ONLINE, JAKARTA — Kabupaten Enrekang kembali mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat nasional. Kali ini dari Indonesia Healthcare Innovation Awards (IHIA) VI-2022. Ini merupakan penghargaan di bidang kesehatan yang digelar rutin oleh Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF), sejak 2017.
Kabupaten Enrekang menjadi satu dari 3 daerah terbaik dalam kategori Inovasi Percepatan Penurunan Stunting. IHIA Kategori ini diseleksi langsung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (BKKBN).
Bupati Enrekang Muslimin Bando dan Kadis Kesehatan Sutrisno dijadwalkan menerima langsung penghargaan ini di The Ballroom Djakarta Theater, Kamis malam ini (24/11). Malam penganugerahan tersebut akan diselenggarakan secara hybrid, offline, dan online.
Kadis Kesehatan mengungkapkan, pendaftaran dan penilaian IHIA VI-2022 telah dimulai sejak 1 April hingga 15 September 2022.
“IHIA Awards merupakan bentuk apresiasi atas keberhasilan program-program peningkatan pelayanan kesehatan se-Indonesia,” jelas Sutrisno.
Pada Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2022 pekan lalu, Kabupaten Enrekang juga memborong 11 penghargaan bidang kesehatan.
Ketua Umum IndoHCF, Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, dalam keterangan tertulisnya mengatakan berlangsungnya IHIA hingga tahun keenam ini menjadi bukti komitmen IndoHCF untuk memacu inovasi dan teknologi di bidang kesehatan yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
IndoHCF sebagai Corporate Social Responsibilty (CSR) PT IDS Medical Systems Indonesia (idsMED Indonesia), juga mendorong penggunaan produk alat kesehatan dalam negeri.
Daerah lain yang masuk dalam penghargaan IHIA Awards 2022 antara lain Malang, Karangasem, Pinrang, dan nominator lainnya
Untuk kabupaten Enrekang sendiri, telah dan sedang menggenjot sejumlah program pencegahan dan penanganan stunting. Diantaranya program dari Dinkes, Disdukcapil, BKKBN, TP-PKK Enrekang, Dinas P3A, program Komunitas Ibu CERDAS, Bapak-Bunda Asuh Peduli Stunting, mengeluarkan sedikitnya 5 perbup dan 1 perda, hingga kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan perbankan. Serta inovasi-inovasi lainnya hingga di tingkat desa.
Berkat upaya-upaya ini, Prevalensi Stunting Enrekang dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan cukup baik. Pada tahun 2021 berada di kisaran 21,50 persen. Tahun 2022 ini telah turun ke 19,45 persen.
“Kita berharap dengan penghargaan-penghargaan dan apresiasi dari pelbagai pihak, menjadi pemacu kita untuk terus bekerja keras, tidak berpuas diri, sampai target nasional prevalensi stunting dibawah 14 persen di tahun 2024 bisa dicapai,” tutup Sutrisno. (*)